Bisakah Artificial Intelligence Deteksi Kanker Paru-Paru? Ini Temuan Peneliti!

majalahtren.com – Bisakah Artificial Intelligence Deteksi Kanker Paru-Paru? Ini Temuan Peneliti!. Artificial intelligence atau kecerdasan protesis udah berkembang bersama pesat. Menurut Britanica, artificial intelligence merupakan suatu simulasi proses kecerdasan manusia yang diterapkan terhadap mesin, terutama terhadap platform komputer.

Kini, artificial intelligence sudah mengisi berlimpah sektor kehidupan sekaligus pekerjaan manusia. Lebih-lebih, AI sudah digunakan didalam lebih dari satu bidang, layaknya pendidikan, perdagangan, layanan keuangan, telekomunikasi, daya, sampai penerbangan.

Tapi, pemakaian artificial intelligence yang paling vital dan berpotensi mengubah industri secara revolusioner adalah di bidang kesegaran, khususnya penyakit kanker.

Pasalnya, artificial intelligence udah digunakan untuk menopang pengambilan aturan klinis untuk penaksiran dan skrining kanker, memproses knowledge medis, dan deteksi dini kanker bersama taktik pembelajaran mendalam.

AI Dapat Menaikkan Deteksi Nodul Paru-Paru

dilansir berasal dari Healthline, suatu belajar yang diterbitkan di jurnal Radiology bersama dengan judul “Ai Improves Nodule Detection on Chest Radiographs in a Health Screening Population: A Randomized Controlled Trial” mengamati dampak perangkat lunak berbasis AI didalam praktek klinis onkologi di global konkret.

Didalam jurnal itu, para peneliti mengungkapkan bahwa kecerdasan protesis secara penting menambah deteksi nodul paru-paru terhadap rontgen dada.

Layaknya diketahui, nodul paru-paru merupakan perkembangan abnormal yang terbentuk di paru-paru. Secara generik, nodul itu terbentuk berasal dari infeksi paru-paru sebelumnya.

Akan namun, didalam persoalan yang sporadis berjalan, hal tersebut sanggup jadi tanda kanker paru-paru. Keliru satu metode skrining generik yang digunakan untuk mengidentifikasi nodul paru adalah rontgen dada.

AI dan Penaksiran Kanker

salah satu peneliti didalam jurnal itu sekaligus profesor di Departemen Radiologi Tempat tinggal Sakit Universitas Seoul Jin Mo Goo mengungkapkan bahwa kecerdasan protesis bisa jadi alat yang ampuh untuk menolong mengidentifikasi nodul paru-paru, terutama pas pakar radiologi mengalami volume persoalan yang tinggi.

“Deteksi kanker terhadap stadium dini merupakan isu krusial. Dikarenakan segudang tumor padat sanggup diidentifikasi didalam belajar pencitraan, deteksi potensi kanker dini layaknya nodul paru-paru terhadap kanker paru-paru, lebih efektif dan tersebut merupakan langkah pertama di dalam menaikkan hasil pasien kanker,” katanya.

Belajar yang diterbitkan oleh jurnal Radiology itu melibatkan 10.476 orang bersama usia rata-rata 59 tahunan yang udah menekuni rontgen dada di pusat inspeksi kesegaran antara Juni 2020 dan Desember 2021.

Peserta selesaikan kuesioner kesegaran yang dilaporkan sendiri untuk mengidentifikasi ciri dasar layaknya usia, model kelamin, standing merokok, dan riwayat kanker paru-paru sebelumnya.

Di dalam penelitian itu, peserta secara rambang dibagi jadi dua kelompok, yakni AI atau non-ai.

AI LAWAN Non-Ai

hasil rontgen kelompok pertama dianalisis oleh pakar radiologi dibantu artificial intelligence sedangkan rontgen kelompok kedua diinterpretasikan tanpa hasil artificial intelligence.

Nodul padat bersama dengan diameter lebih besar berasal dari 8 milimeter atau nodul sub padat bersama dengan bagian padat lebih besar berasal dari 6 milimeter diidentifikasi mampu ditindaklanjuti, artinya nodul memerlukan tindak lanjut berdasarkan kriteria skrining kanker paru-paru.

Nodul paru-paru diidentifikasi terhadap 2 % berasal dari peserta. Hal tersebut membuktikan bahwa taraf deteksi nodul paru yang sanggup ditindaklanjuti terhadap rontgen dada lebih tinggi ketika dibantu oleh AI (0,59 prosen) dibandingkan tanpa perlindungan AI (0,25 %).

Para peneliti juga melaporkan bahwa usia yang lebih tua dan riwayat kanker paru-paru dikaitkan bersama laporan positif, ciri kebugaran ini dan lainnya bukan berdampak terhadap kemanjuran platform artificial intelligence.

Hal itu perlihatkan bahwa artificial intelligence bisa bekerja secara tetap di semua populasi yang berbeda, lebih-lebih untuk mereka yang mempunyai penyakit paru-paru atau pasca operasi.

Mengenali Penyakit Paru-Paru Lebih Dini

Bisakah Artificial Intelligence Deteksi Kanker Paru-Paru Ini Temuan Peneliti!

goo juga mengatakan bahwa di dalam penelitian itu sudah menambahkan bukti kuat terkecuali artificial Intelligence sanggup mendukung didalam menginterpretasikan radiografi dada.

Hal tersebut mampu berkontribusi didalam mengidentifikasi penyakit dada, terutama kanker paru-paru, secara lebih efektif dan terhadap termin awal.

Skrining kanker berbasis pencitraan adalah pekerjaan yang membosankan gara-gara prevalensi kanker biasanya rendah terhadap populasi skrining.

“Nilai deteksi dan penaksiran bersama dengan pemberian komputer sudah diselidiki untuk kurangi kanker yang bukan terdeteksi selama lebih dari satu dasa warsa,” kata Goo.

“Sosialisasi teknologi pembelajaran mendalam baru-baru ini sanggup menaikkan kinerja teknik pembelajaran mesin tradisional, bukan sebatas di dalam mengidentifikasi lesi tapi juga di dalam mengukur dan mengkarakterisasi lesi,” tambahnya.

Respon Lebih dari satu Pihak

chief Executive Officer dan Board Director di Dotmatics Thomas Swalla menegaskan bahwa perusahaannya yang terdiri berasal dari 850 ilmuwan yang berfokus terhadap penerapan artificial intelligence di bermacam sistem bukan terlibat di dalam penelitian itu.

Ia mengatakan bahwa temuan itu hanya contoh lain berasal dari apa yang bisa dikerjakan artificial intelligence di industri kesegaran, terutama kanker.

“Pengaruh AI terhadap kanker tersedia dua. Bersama dengan memakai Ai, biayanya lebih murah untuk menemukan terapi baru dan sangat mungkin akses perawatan yang lebih besar,” kata Swalla.

“Pemakaian AI akan turunkan biaya perawatan kebugaran bagi konsumen. Dan tersebut akan mengarah terhadap lebih berlimpah inovasi kanker dan juga penyakit langka, yang secara historis bukan punyai style usaha yang sukses,” tambahnya.

Jaman Baru Udah Dimulai

pendiri Atossa Therapeutics Dr. Steven Quay mengungkapkan bahwa masa baru artificial intelligence didalam onkologi baru saja dimulai.

“Kita sekarang memirsa titik di mana AI bisa bermitra bersama penelitian untuk mengembangkan terapi kanker baru dan juga modalitas pengobatan,” katanya.

“Saya pikir AI akan langsung memimpin di dalam perawatan kanker,” tambahnya.

Quay juga mengatakan terdapat cara baru untuk mengenakan artificial intelligence terhadap kanker, yaitu bersama membiarkannya bekerja melawan dirinya sendiri.

“Kamu sediakan kumpulan information dan membiarkannya bekerja dan studi berasal dari tersebut. Prosesnya lantas melampaui ilmu manusia yang diciptakannya,” jelasnya.

“Ini bekerja bersama cara yang bukan diprediksi oleh manusia dan itulah kreativitas. AI juga punya peran primer sekarang didalam penelitian kanker terhadap taraf dasar,” tambah Quay.