majalahtren.com – 5 Hal yang Tampak Sepele Ini Jadi Faktor Pemicu Depresi. Menurut World Wellbeing Association (WHO), ada sekitar 280 juta orang atau 3,8 persen dari total populasi yang menderita depresi pada tahun 2021. Bahkan, angka ini juga meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Hal yang paling mengerikan dari efek kesedihan adalah situasi 700 ribu kematian karena penghancuran diri setiap tahun.
Nah, di balik contoh kesuraman yang menyerang berbagai usia, ada beberapa faktor pemicu yang harus Anda waspadai. Beberapa di antaranya bahkan dianggap remeh. Memang, jangan remehkan faktor-faktor yang memicu kesuraman meski terlihat remeh seperti yang ada di bawah ini!
1. Rasa bersalah
Memaafkan atau memaafkan orang lain mungkin terasa lebih sederhana daripada memaafkan diri sendiri. Sejujurnya, rasa tanggung jawab yang sangat serius dalam jangka panjang bisa menjadi pemicu utama kesedihan, seperti yang dijelaskan oleh LifeStance Wellbeing.
Tanggung jawab atas sesuatu di masa lalu dapat memicu sentimen dan keadaan psikologis yang seringkali negatif. Jika tidak bisa diatasi dengan baik, bisa jadi hal ini bisa membuat seseorang menjadi depresi. Biasanya akan ada perasaan kasihan dan korban tidak tahu mengapa dia menangis entah dari mana.
2. Riwayat keluarga
Keturunan keluarga yang dilatarbelakangi oleh kesedihan mungkin juga sering dianggap tidak penting oleh sebagian besar orang. Faktanya, melankolis terkait erat dengan sifat-sifat turun-temurun yang diturunkan dalam leluhur keluarga. Diungkapkan oleh Stanford Medication, dari sekian banyak kasus putus asa, 50% penyebabnya adalah keturunan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk berfokus pada relasi langsung yang sedang mengalami tekanan atau kesengsaraan. Kesuraman dapat dipulihkan dan salah satunya melalui bantuan orang-orang terdekat. Dengan asumsi bahwa Anda memiliki keturunan keluarga yang terkait erat dengan kesengsaraan dan penghancuran diri, Anda harus menerima pertimbangan tambahan atas kesejahteraan emosional Anda daripada orang lain.
3. Lingkungan dan pergaulan
Iklim dan afiliasi yang positif akan membuat orang-orang itu juga memiliki rasa sakit yang relatif aman. Dibandingkan dengan iklim yang sarat dengan siksaan, pelecehan, dan kebrutalan, tentu saja hal-hal buruk akan memperluas pertaruhan kesedihan.
Apakah keputusasaan menular? Dirinci oleh Healthline, jawabannya adalah ya dan negatif. Keputusasaan umumnya tidak begitu menular seperti influenza atau mikroba, tetapi dapat membuat perasaan dan sikap orang lain menjadi negatif. Artinya, lingkungan pesimis yang dihasilkan dari kesuraman, seperti kepahitan, keteguhan hati, dan perasaan tidak berguna, dapat dikomunikasikan kepada orang lain.
4. Trauma
Tanpa disadari, luka yang terlihat kecil bisa menjadi pemicu depresi yang signifikan. Diumumkan oleh Kesedihan, pertemuan yang menghebohkan dapat menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang merugikan. Jadi, jika tidak ditangani seperti yang diharapkan, sangat mungkin bahwa pengalaman yang mengerikan dapat memicu serangan bencana.
Hal seperti ini dapat mengubah cara seseorang berperilaku menjadi putus asa, kesal, gugup yang tidak perlu, tekanan, dan kurangnya keterlibatan dalam sesuatu. Mengarahkan ke spesialis, memiliki dan mengembangkan pandangan positif akan membantu kita mengalahkan cedera yang telah terjadi meskipun sulit.
5. Berita negatif di media
Sesuai laporan dari Canadian Clinical Affiliation Diary yang disampaikan pada tahun 2021, ditemukan bahwa berita buruk dan pesimis dapat memengaruhi kesehatan emosional seseorang. Ini telah meluas sejak merebaknya virus Corona di seluruh dunia. Sebagai aturan, orang selalu ingin tahu tentang berita buruk di luar sana.
Tragisnya, ini bisa memicu kesedihan tanpa menyadarinya. Pikiran akan menjawab semua berita buruk itu kepada jiwa manusia dan itu akan memicu gelombang tekanan yang lebih tinggi ketika seseorang mendapat ketegangan lebih dari yang diharapkan. Cerdik dalam memisahkan dan menjawab berita adalah salah satu cara untuk secara intelektual menjaga kita dari serbuan berita negatif.
Kesehatan emosional pada dasarnya sama pentingnya dengan kesehatan yang sebenarnya. Itulah sebabnya mengawasi stres dan memiliki pandangan positif bisa menjadi cara mudah untuk menjaga kesehatan mental kita. Bagaimana kalau kita lebih fokus pada kesehatan emosional.