Berhenti Merokok secara Bertahap Ternyata Lebih Efektif

Berhenti Merokok secara Bertahap Ternyata Lebih Efektif

majalahtren.com – Berhenti Merokok secara Bertahap Ternyata Lebih Efektif. Cukup mudah menemukan perokok di Indonesia karena mereka tersebar di mana-mana. Berdasarkan penelusuran yang dilansir Hanadian Nurhayati-Wolff di situs Statista, sebanyak 28,96 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas adalah perokok. Ini adalah informasi 2021.

Mengingat bahaya merokok, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan, banyak perokok yang ingin berhenti. Meskipun demikian, ini cukup sulit. Menurut US Habitats for Infectious Prevention and Anticipation (CDC), hampir 70% perokok di AS (AS) mengatakan mereka harus berhenti, namun hanya 6% yang berhasil melakukannya.

Memahami hal tersebut, Wellbeing Talk menggelar live streaming di Instagram @idntimes dengan tema “Sure You Can, We should Quit Smoking” pada Kamis (15/12/2022) malam. Pembicara yang dihadirkan adalah dr. Wahyu Agung Purnomo, SpP, FAPSR (pakar pneumonia di Klinik Dr. Soebandi Patrang Jember), dan Riza Wahyuni, S.Psi, M.Sc., Therapist (analis klinis dan terukur di LPP Geofira). Asimilasi informasinya, tolong!

1. Ada banyak alasan mengapa seseorang memutuskan untuk merokok

Menurut perspektif mental, ada banyak motivasi yang melatarbelakangi mengapa seseorang memilih untuk merokok. Salah satunya ketika masih kecil, mereka melihat orang dewasa di sekitar mereka merokok, lalu menirunya.

Juga, dalam beberapa kasus ada ketegangan rekan dari iklim umum. Mereka perlu merokok untuk diakui oleh kalangan atau jaringan tertentu. Beberapa dicemooh ‘kurang maskulin’ karena tidak merokok, sejujurnya!

2. Nikotin merangsang produksi dopamin, yang membuat perokok sulit untuk berhenti

Nikotin adalah senyawa obat yang ditemukan dalam barang-barang berbahan dasar tembakau, seperti rokok biasa, cerutu, rokok elektrik (vape), dan shisha. Kandungan nikotin dalam rokok bervariasi tergantung mereknya, rata-rata sekitar 10-12 miligram nikotin per batang, merujuk Healthline.

Seperti kesepakatan dua sisi, nikotin juga memiliki konsekuensi yang merugikan. Misalnya, denyut nadi yang membesar, denyut nadi, dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan pengerasan dinding koridor, yang diumumkan oleh American Heart Affiliation.

3. Selain nikotin, tar dan karbon monoksida juga tidak kalah berbahaya

Nikotin yang harus diwaspadai, tetapi juga tar dan karbon monoksida. Tar adalah zat berwarna tanah yang norak yang menodai gigi dan jari perokok. Sesuai laman NHS Illuminate, tar memiliki sifat penyebab kanker (memicu perkembangan sel pertumbuhan ganas di dalam tubuh).

Efek tar pada paru-paru juga tidak main-main. Tar dapat membatasi bronkiolus (jalan masuk udara dengan jarak 0,3-1 mm) dan merusak silia (rambut kecil di jalur penerbangan yang kemampuannya melindungi paru-paru dari kapar dan jetsam).

Sementara itu, karbon monoksida adalah gas perusak yang tidak berkilau dan tidak berbau. Karbon monoksida terbentuk ketika barang berbahan dasar tembakau dihanguskan. Apa yang membuat karbon monoksida berisiko adalah kemampuannya mengikat hemoglobin dalam darah dan mengganggu pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh.

4. Rokok elektrik tidak lebih aman dari rokok konvensional

Banyak orang yang merasa rokok elektrik atau vape lebih aman dibandingkan rokok biasa. Terkait dengan hal tersebut, dr. Wahyu menggarisbawahi bahwa rokok elektrik tidak lebih baik karena mengandung beberapa zat berbahaya.

5. Alih-alih langsung berhenti, lebih baik kurangi rokok secara bertahap

Semuanya dimulai dengan harapan. Jika seseorang memiliki keinginan untuk berhenti merokok, maka pada saat itu, harus ada kekuatan dan tanggung jawab yang serius dari dalam dirinya. Meski demikian, Anda tidak bisa langsung berhenti. Dibutuhkan prosedur yang dikembangkan untuk selamanya berhenti merokok.

Misalnya, seseorang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari. Di minggu utama, tinggalkan satu batang rokok setiap hari. Kemudian, pada saat itu, minggu berikutnya, tinggalkan dua batang rokok setiap hari. Semakin ditarik keluar, semakin sedikit rokok yang dihisap. Dll sampai efektif tidak merokok dengan cara apapun.

Selain itu, otoritas publik juga harus menjalankan standar yang ketat, misalnya,

  • Hanya orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang diizinkan membeli rokok dengan menghubungkan karakter individu.
  • Mengharapkan perokok hanya merokok di daerah tertentu.
  • Memperluas ekstrak rokok agar masyarakat mempertimbangkan kembali pembelian rokok.
  • Berikan hukuman yang tegas bagi mereka yang merokok di dekat anak-anak dan ibu hamil atau menyusui.