Cegah Pruritus dengan Menjaga Kelembapan Kulit

Cegah Pruritus dengan Menjaga Kelembapan Kulit

majalahtren.com – Cegah Pruritus dengan Menjaga Kelembapan Kulit. Seiring bertambahnya usia, pori-pori Anda menghasilkan lebih sedikit minyak, sehingga kulit Anda secara umum akan lebih kering daripada saat Anda lebih muda. Kering, tapi juga tidak enak dan pecah-pecah.

Jika tidak segera diobati, akan memudahkan mikroba masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Selain itu, dapat menyebabkan pruritus, yang merupakan getaran canggung dan menjengkelkan yang membuat kita perlu menggaruk.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Pramudia Facility mengadakan persiapan media virtual dengan tema “Jangan Biarkan Gatal dan Kulit Kering Menurunkan Kepuasan Pribadi bagi Lansia”.

Pembicara yang diperkenalkan adalah dr. Amelia Setiawati Soebyanto, SpDV, pakar dermatologi dan venereologi, dan dr. Yustin Sumito, SpKK, dokter kulit dan dokter kandungan. Silakan dengarkan!

1. Merupakan kelainan kulit yang banyak dijumpai pada lansia

Pruritus ditandai sebagai sensasi mengerikan pada kulit yang membuat keinginan untuk menggaruk. Nama lainnya adalah kesemutan atau tingling.

Spesialis Yustin mengacu pada ulasan yang didistribusikan di Diary of American Foundation of Dermatology pada tahun 2013, yang mengatakan bahwa 1,8 juta pasien pruritus berusia 65 tahun atau lebih.

Sementara itu, dalam satu ulasan lagi yang diterbitkan dalam buku harian Clinical, Corrective, and Investigational Dermatology pada tahun 2020, pruritus adalah gangguan kulit paling umum pada orang tua dengan penyebaran 14,20 persen. Masalah kulit lainnya adalah dermatitis (12,40 persen) dan keratosis seboroik (6,80 persen).

2. Penyebab pruritus paling umum adalah kulit kering

Sebanyak 63,78 persen pasien lansia mengalami pruritus karena kulit kering (xerotic cutis). Mengutip Clinical News Hari ini, kulit akan terasa iritasi saat kehilangan kelembapan.

Penyebab kulit kering berfluktuasi, yang dibagi berdasarkan faktor dalam dan luar. Seperti yang ditunjukkan oleh dr. Amelia, yang memasukkan faktor dalam adalah:

  • Infeksi konstan: Diabetes dan penyakit ginjal.
  • Infeksi kulit lainnya: Dermatitis dan psoriasis.
  • Resep tertentu: Obat kolesterol, hipertensi, hingga obat yang dioleskan ke kulit (skin).
  • Kecenderungan tertentu: Minum minuman keras, minum lebih sedikit air, dan mencuci atau mencuci tangan berulang-ulang karena memiliki masalah impulsif yang fanatik.
  • Keadaan yang berbeda: Obstruksi kulit yang rusak dan kerangka kebal yang lemah.

Sementara itu, faktor luar antara lain pencemaran udara, daya lengket rendah, pendinginan yang terlalu dingin, keterbukaan terhadap sinar terang (UV) dalam waktu lama, penggunaan pembersih yang mengganggu, dan pencucian dengan air yang terlalu panas.

3. Beberapa area tubuh lebih mungkin menjadi kering

Pada fase awal, kulit akan terlihat kusam dan sedih dengan sisik halus yang mengelupas tanpa masalah. Namun, pada tahap perkembangan lebih lanjut, jeda akan muncul. Itu bisa menyala dan meninggalkan bercak merah, sebenarnya.

Diungkapkan oleh SkinSight, beberapa bagian tubuh pasti akan menjadi kering, misalnya punggung tangan, lengan, daerah samping antara tulang rusuk bawah dan pinggul, serta bagian depan kaki bagian bawah.

4. Pruritus bisa menurunkan kualitas hidup pasien

Cobalah untuk tidak main-main dengan pruritus. Kesemutan yang tertunda dapat menyebabkan pengaruh mengganggu istirahat, yang dikenal sebagai pruritus malam hari. Itu membuat kita terbangun sekitar waktu malam untuk menggaruk kulit yang mengganggu.

Demikian pula, menurut penelitian yang didistribusikan di buku harian Neuroscience and Biobehavioral Surveys pada tahun 2018, pruritus terkait dengan peningkatan tekanan, kegelisahan, dan masalah temperamen. Akhirnya, kepuasan pribadi pasien bisa turun.

5. Menjaga kelembapan kulit adalah kuncinya

Seperti yang baru-baru ini dipahami, kulit kering dapat menyebabkan pruritus. Oleh karena itu, jagalah agar kulit tetap lembap dengan:

  • Jauhkan dari paparan sinar matahari yang terlalu lama.
  • Atasi masalah cairan tubuh, jangan sampai kering.
  • Usahakan untuk tidak mandi terlalu lama.
  • Gunakan cairan pembersih karena pH pembersih batangan lebih tinggi dan ada lebih sedikit risiko pencemaran bakteri.
  • Pilih pembersih cair yang lembut, tanpa pewangi dan pewarna.

Penanganan yang paling tepat adalah dengan berkonsultasi ke dokter kulit dan ginekolog. Spesialis akan memulai dengan serangkaian pengalaman, diikuti dengan penilaian aktual. Sejak saat itu, spesialis akan memberikan perawatan yang sesuai. Ini mungkin resep kulit, pelembab, atau obat oral.