Mengurangi Kekambuhan dengan Menghindari Pemicu Asma

Mengurangi Kekambuhan dengan Menghindari Pemicu Asma

majalahtren.com – Mengurangi Kekambuhan dengan Menghindari Pemicu Asma. Ada banyak penyakit tidak menular yang menetap, salah satunya adalah asma. Menurut World Wellbeing Association (WHO), sekitar 262 juta orang secara keseluruhan menderita asma pada 2019. Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi asma di Indonesia mencapai 2,4 persen.

Jangan dianggap remeh, karena asma bisa menyebabkan kematian. Selama penyerangan, rute penerbangan menyempit dan mempersulit masuknya oksigen. Seperti yang mungkin kita ketahui, orang tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen.

Menyadari betapa pentingnya isu ini, @manukafarm menggelar Instagram live dengan tema “Sering Merasa Habis? Hati-Hati dengan Efek Samping Asma” pada Rabu malam (7/12/2022) dan dimaklumi lebih lanjut oleh dr. Muhammad Syah Abdaly, SpPD. Tolong dengarkan!

1. Asma menyebabkan saluran udara menyempit

WHO mencirikan asma sebagai suatu kondisi ketika jalur penerbangan di paru-paru sempit karena iritasi atau peradangan. Terlebih lagi, otot-otot di sekitar rute penerbangan kecil diperbaiki.

2. Gejala yang paling sering dikeluhkan

seperti yang ditunjukkan oleh dr. Daly, asma memiliki empat efek samping yang mendasar, khususnya:

  • Mengi: Suara “mengi” yang menyerupai himpitan atau tampak seperti siulan tajam.
  • Ketegangan, Misalnya, tidak bisa mendapatkan udara yang cukup atau berusaha lebih keras untuk bersantai.
  • Siksaan dada: Sepertinya dada ditarik atau diremas, membuat kita sulit untuk menarik napas penuh.
  • Retasan: Terutama di malam hari dan membuat kita tetap sadar.

3. Kebanyakan dipicu oleh alergen

Mengutip Kesejahteraan Biasa, sering kali, asma terjadi karena respons yang rentan terhadap hal-hal luar yang dikenal sebagai alergen. Contoh alergen adalah dust (debu), dust vermin (parasit debu), protein dari organ minyak yang terlacak dalam ketombe (potongan kulit hewan), bentuk, dan kotoran kecoa.

Selain itu, asma dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya debu, asap tembakau, polusi udara, asap api, bahan sintetis, dan udara dingin. Dr, sejujurnya. Daly mengungkapkan, ada orang yang tiba-tiba mengalami sesak napas saat menghadapi penyakit pernapasan akut, influenza, atau pilek.

4. Risiko terkena asma lebih besar pada orang-orang tertentu

Individu tertentu lebih berisiko terkena asma daripada yang lain, modelnya adalah:

  • Keturunan keluarga, terutama jika ada hubungan langsung, misalnya orang tua atau kerabat yang menderita asma.
  • Memiliki penyakit lain, seperti radang kulit atau rinitis hipersensitif (demam kasar).
  • Dilahirkan ke dunia dengan berat badan rendah atau gegabah (dilahirkan sebelum 37 minggu pertumbuhan).
  • Keterbukaan serius terhadap asap tembakau, kontaminasi udara, atau senyawa sintetis tertentu.
  • Tumbuh atau tinggal di daerah metropolitan.
  • Kegemukan atau gemuk.

5. Sebisa mungkin, minimalkan kontak dengan pencetus asma

Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan dengan baik. Salah satunya adalah dengan menghindari pemicu asma agar tidak terpuruk. Tujuannya adalah agar penderita asma menjalankan kelompok yang sama setiap hari secara keseluruhan.

Ingatlah untuk membawa inhaler Anda ke mana saja jika terjadi penyerangan. Ada dua jenis inhaler, yaitu bronkodilator (misalnya salbutamol) untuk membuka saluran udara dan steroid (misalnya beklometason) untuk mengurangi iritasi pada saluran udara. Jelas, keduanya dapat meredakan efek samping asma.